Agama merupakan salah satu aspek penting yang tidak
terlepas dalam kehidupan manusia. Munculnya agama dilandaskan atas dasar
keadaan atau kondisi masyarakat yang saat itu berada dalam situasi yang kacau.
Seperti banyak terjadinya peperangan, diskriminasi terhadap kaum perempuan,
perbudakan sampai homoseksualitas. Oleh karena itu, agama muncul sebagai sistem
yang berfungsi untuk mengontrol kehidupan dan menjadi pedoman hidup bagi
manusia.
Islam merupakan
salah satu agama yang muncul dan eksis dikalangan masyarakat. Islam pertama kali diturunkan kepada nabi
Muhamad Shallallahu’alaihi Wa Sallam
di Mekah pada zaman jahiliah (kebodohan), dimana mayoritas masyarakatnya
merupakan penyembah berhala. Oleh karena itu, agama muncul sebagai pengontrol
dan pembatas dalam pola kehidupan manusia baik secara individu maupun
masyarakat pada saat itu.
Sesungguhnya Allah Subhanahu
Wa Ta’ala telah menjelaskan di dalam kitab suci Al-Qur’an tentang peranan
dan kedudukan orang mu’min, dalam kehidupan mereka diatas muka bumi ini.
Sebagaimana telah di jelaskan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam QS Ali-Imran ayat 110, Mengenai kelebihan
umat islam dari umat yang lain.
“Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali
Imran : 110).
Setiap bangsa menaruh mimpi dan harapan akan masa
depan yang lebih baik pada generasi muda sebagai penerus bangsa. Dengan segenap
potensi dan ekspresinya, generasi muda menjadi agen perubahan yang diharapkan.
Tongkat estafet kepemimpinan, pembangunan dan perjuangan cita-cita bangsa niscaya
akan diemban para pemuda hari ini dan akan datang. Maka sebuah negara akan
selalu mempersiapkan generasi mudanya menjadi generasi emas untuk membawa
perubahan bangsa yang lebih baik di segala bidang.
Merujuk pada data sensus penduduk di tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia mencapai mencapai 237,6 juta jiwa. Dari jumlah tersebut
26,67 persen atau 63,4 juta diantaranya merupakan penduduk usia muda yaitu
11-24 tahun (BPS, 2010). Jumlah ini merupakan cerminan peluang dan potensi emas
yang akan membawa Indonesia mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaannya. Jika
perhitungan kuantitas tersebut dapat berbanding lurus dengan tingkat kualitas
generasi muda, hal tersebut dapat menjadi jaminan kejayaan bangsa di masa yang
akan datang. Dapat dibayangkan kekayaan kreatifitas, inovasi, gagasan
pemikiran, karya dan kinerja yang akan disumbangkan 63,4 juta pemuda untuk
bangsa ini. Oleh sebab itu kualitas penduduk remaja harus terus dijaga dan
ditingkatkan agar dapat benar-benar menjadi aset pembangunan yang potensial.
Besarnya penduduk usia muda akan mempengaruhi
pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini maupun di masa yang akan
datang. Penduduk remaja perlu mendapat perhatian serius sebab remaja termasuk
dalam usia sekolah, usia kerja dan usia reproduksi yang akan berperan besar
bagi kemajuan bangsa. Karakteristik remaja yang selalu ekspresif, selalu ingin
tahu dan mudah menerima nilai-nilai baru merupakan hal yang harus terus dikawal
dan diarahkan pada hal-hal yang positif. Era globalisasi yang menerabas batas
dan menghadirkan beragam perubahan telah membawa berbagai pengaruh kedalam
kehidupan, perilaku dan mental masyarakat, tidak terkecuali bagi kehidupan
remaja.
Tidak terpungkiri globalisasi menghadirkan nilai dan
budaya baru yang tidak semuanya layak dan tepat diterapkan di Indonesia. Arus
globalisasi kini kian deras menginfiltrasi berbagai bidang kehidupan lewat
transkulturasi dan modernisasi. Keduanya menggerus beragam nilai dalam
sendi-sendi kehidupan dan menyebabkan perubahan cara pandang, gaya hidup,
hubungan sosial hingga menggoyahkan keyakinan memegang nilai-nilai budaya.
Kegagalan melakukan penyaringan transkulturasi dan pembentengan dengan
nilai-nilai budaya diindikasikan dengan munculnya permasalahan dekadensi moral
dan penyimpangan sosial.
Kehidupan yang serba cepat, instan, bebas dan
disandarkan berdasarkan nilai materi menjadi awal bencana dalam kehidupan
kemanusiaan masa kini. Atas nama modernisasi, generasi kita mulai terseret
dalam pola konsumerisme, menceburkan diri dalam gaya hidup bebas dan hedonis.
Selain itu semakin bersikap apatis dengan berbagai permasalahan masyarakat dan
bangsa yang ada disekitarnya. Selalu menagih apa yang negara berikan, tanpa
melihat apa yang telah disumbangkan untuk bangsa. Generasi kekinian perlahan
mulai kehilangan rasa memiliki dan kebanggaan atas tanah air. Menjadi
individualistis dan tidak peduli dengan sesamanya. Cenderung memaksakan
kehendak, kehilangan rasa toleransi dan bahkan menggunakan cara kekerasan dan
radikal untuk mencapai tujuan. Kondisi ini menjadi bibit lahirnya permasalahan
kebangsaan yang kini sedang menggerogoti ketahanan nasional.Wujud nyata hal
tersebut tergambar dari kehidupan remaja yang semakin mencemaskan. Dari jumlah
besar remaja aset bangsa potensial, sebagian berguguran terjerumus pergaulan
bebas, seks bebas, pornografi, narkotika kekerasan dan berbagai bentuk
permasalahan remaja lainnya.
Urgensi dakwah terhadap generasi muda sangat
dibutuhkan agar para generasi muda dapat terbimbing dan membimbing orang lain
dan bersama-sama menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik
lagi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan, memberdayakan kampus
sebagai salah satu objek tempat dakwah, karena kampus merupakan salah satu
sumber tempat mencari ilmunya generasi penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar